Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2009

Arlina: Melalui jalan yang pahit

Gambar
Arlina Hulu (Foto: Sirus Laia) Sejak kecil saya diasuh oleh orang tua saya dengan penuh kasih sayang. Dari delapan bersaudara saya adalah anak ketujuh. Keluarga kami merupakan keluarga sederhana, tinggal di sebuah daerah terpencil yang tidak terjangkau oleh sarana transportasi. Orang-orang di kampung saya hidup dari pertanian. Tahun 1998 saya tamat SD bersama dengan kakak saya. Seperti juga teman-teman yang lain, kakak dan saya ingin juga melanjut ke SLTP. Namun karena tidak mampu, orang tua meminta kami menganggur dulu. Hal ini mendorong kami berdua kabur dari rumah, walaupun kami tahu bahwa perbuatan ini salah. Kala itu saya berumur dua belas tahun dan kakak saya tiga belas tahun. Kami pergi ke kecamatan dan mendaftar saja di SLTP. Untunglah famili yang ada di kecamatan membantu kami dan memperkenankan kami tinggal di rumahnya tanpa membayar uang belanja. Pengalaman selama tinggal di keluarga tsb. sangat berharga bagiku. Situasi yang kami hadapi dalam keluarga tsb. sang

Darmawati: Cita-cita dan jalan-jalan yang lain

Gambar
Darmawati Gulö (Foto: Sirus Laia) Ketika aku duduk di bangku SD, aku bercita-cita menjadi suster. Namun ketika duduk bangku SLTP cita-cita itu menjadi pudar. Setelah tamat SLTP aku melanjut ke SMK dan mengambil jurusan busana. Bagiku jurusan tsb. sulit dan tidak menyenangkan. Namun karena itulah pilihan orang tuaku, aku berusaha mengikutinya, kendati dengan hati berat. Pada masa-masa inilah cita-cita awalku hidup kembali. Aku ingin menjalani hidup membiara. Bagiku orang-orang yang hidup dalam biara adalah orang-orang yang bijaksana, saleh, dekat pada Allah dan disiplin. Maka setelah tamat SMK tanpa pikir panjang aku langsung mengajukan permohonan untuk diterima menjadi anggota kongregasi OSF Sibolga. Syukurlah aku diterima. Aku sangat senang dengan kegiatan rohani dalam biara. Kegiatan tsb. menyegarkan jiwaku dan memberiku dorongan semangat. Di samping pengalaman yang menyenangkan ada pula pengalaman yang tidak menyenangkan. Aku menjadi sadar, bahwa orang-orang dalam biara

Konflik batin atau kontradiksi di dalam

Gambar
Halaman dalam Biara Yohaneum (Foto: Arsip Pribadi) Dua minggu lalu aku lewat biara kapusin Yohaneum, Sibolga. Ketika memasuki pintu gerbang aku merasakan kembali perasaan yang sudah menderaku sejak lama. Aku tidak merasa sedang memasuki sebuah biara, melainkan memasuki sebuah hotel berbintang 4 atau 5. Aku sudah menginap di hotel berbintang 4 atau 5 baik di tanah air maupun di luar negeri di kala mengikuti konferensi atau pelatihan. Tetapi biara ini jauh lebih mewah dan terawat. Kursi, meja, tempat tidur, taman, peralatan-peralatan, makanan, semua halus dan berkelas. Hanya ruang fitness dan kolam renang saja yang membuatnya tidak bisa diberi label bintang 4 atau 5. Di kala memasuki hotel berbintang aku tidak mempunyai perasaan aneh. Tetapi di kala memasuki biara Yohaneum kurasakan konflik batin. Kuharap para saudaraku kapusin memaafkanku. Tetapi gimana yah, namanya pun perasaan, nggak bisa disangkal khan? Mengapa ada konflik batin ini? Karena segala kemewahan ini rasanya tid

Rasa Ngilu Menjelang Pemilu (2)

Minggu lalu saya berkunjung ke Medan. Sepanjang jalan dari Pematang Siantar ke Medan terlihat baliho-baliho raksasa. Saya berpikir, sekarang begitu banyak orang berlomba untuk berbuat sesuatu untuk negeri ini. Bahkan salah seorang caleg menulis di posternya "Saya ada untuk Anda". Wah Indonesia sudah maju, pikirku. Anggota legislatif akan bekerja keras untuk memperjuangkan kepentingan rakyat. Semoga saya tidak terlalu cepat berbangga.

Rasa Ngilu Menjelang Pemilu (1)

Gambar
"Itu sih sudah biasa. Siapa yang sedang berkuasa selalu membuat demikian", kata seorang kenalan dari Lahewa. Pembicaraan ini berlangsung pada pagi hari tgl 30.01.09 di atas Fery Belanak , ketika saya pulang ke Gunung Sitoli dari Sibolga . Terus terang kata-kata ini membuat saya sontak.