Seminggu lagi diluncurkan novel baru anti Kristus

Sejak lebih dari satu dekade terakhir novel sejarah sangat populer di Eropa. Tokoh-tokoh masa lalu diceritakan kembali dalam gaya novel, tetapi kendati memolesnya dengan penuturan fiksi, unsur-unsur historis tetap dijaga. Tentu saja pengetahuan terbaru hasil kritik historis terhadap teks-teks tua, juga diintegrasikan ke dalam jalan cerita.

Bulan ini, tepatnya pada tgl 24 Agustus 2010, pengarang novel Inggeris Phillip Pullman memperkenalkan novel terbarunya berjudul: The Good Man Jesus and the Scoundrel Christ (Yesus yang baik dan Kristus yang kasar).

Dalam novel ini sang pengarang menampilkan konsepnya sendiri tentang Yesus yang baik dan Kristus yang buruk, yang merupakan pengkhianatan terhadap Yesus. Sebenarnya kategori seperti ini dikenal juga dalam teologi, yakni pembedaan antara Yesus sebelum dan sesudah Paska. Namun garis keberlanjutan (kontinuitas) karya keselamatan dalam konteks Kerajaan Allah tetap dijaga sebagai konteks hidup dan karya Yesus, dan karena itu Yesus setelah Paska tetap merupakan kontinuitas dari Yesus sebelum Paska.

Sebelumnya telah ditulis novel tentang Yesus namun tidak seradikal yang dibuat oleh Phillip Pullman. Pullman justru "memotong" garis keberlanjutan ini, sehingga Yesus dan Kristus menjadi dua pribadi antagonis. Singkatnya, novel ini tidak mempertemukan kita dengan Yesus yang memperjuangkan Kerajaan Allah, melainkan dengan Yesus versi Pullman sendiri.

Hal ini tentu bukan masalah bagi mereka yang pernah belajar teologi dan ilmu Kitab Suci. Tetapi bagaimana dengan orang biasa yang hanya mengenal Yesus dari sharing Kitab Suci, yang kadang lebih berbicara tentang pribadi sendiri daripada mengenal intensi Yesus yang sebenarnya? Bagaimana dengan mereka yang bertumbuh dengan "susu bubuk" yang telah dicampur dengan "zat pemanis" atau malah "zat penghacur rasa"? Mereka tentu akan merasakan novel (heh ini novel yah?) Pullman merupakan "wahyu". Saya yakin dengan posisi seperti itu pasti ada penerbit di Indonesia yang berambisi menerbitkannya di Tanah Air.

Menyambut peluncuran novel ini, ahli teologi dari Universitas Gregoriana di Roma, Gerald O'Collins, yang telah menulis lebih dari 50 buku selama 30 tahun kariernya di sana, ingin menerbitkan buku "jawaban" terhadap Pullman. O'Collins ingin membantu pembaca yang tidak sadar akan distorsi sejarah dalam novel tsb. dan menunjukkan di mana Pullman sengaja atau tidak sengaja mengintepretasi Kitab Suci secara salah. Baca beritanya di sini: Jesuit priest accuses Philip Pullman of waging war on Christianity.