Di Persimpangan Zaman Modern

Islam (Dunia Timur) menjalani Zaman Emas, di kala Eropa (Dunia Barat) berkutat di Abad Pertengahan. Pada abad ke-8 Baghad berkembang menjadi kota kosmopolitan dengan segala kemajuan ilmu pengetahuannya, baik di bidang matematika, astronomi, kedokteran, maupun filsafat. Dunia Barat harus pergi belajar ke Dunia Timur. Bahkan Thomas Aquino, bapak teologi skolastik, mengembangkan teologinya dari filsafat ilmuan Arab.

Namun di zaman modern perkembangan ilmu di Dunia Timur berhenti sementara Dunia Barat mengembangkan ilmu pengetahuan, yang kita kenal sekarang ini. Bukan hanya itu, bahkan dewasa ini Dunia Timur sepertinya kembali ke Abad Pertengahan, lebih mengandalkan emosi daripada rasio, terperangkap dalam fundamentalisme dan radikalisme. Mengapa demikian? Faktor apa yang membuat Dunia Timur berhenti maju? Para ahli sejarah pun masih mencari jawaban.

Bulan ini majalah terkenal Jerman, Der Spiegel, mengulas sejarah Islam (edisi 5/2010) bertajuk: Islam. 1400 tahun iman, perang dan budaya. Bersamaan dengan terbitnya edisi tsb. Spiegel menulis satu artikel di situs onlinenya berjudul. Di Persimpangan Zaman Modern: Kejatuhan ke dalam Bayang-Bayang (Am Scheideweg der Moderne: Sturz in den Schatten - SPIEGEL ONLINE - Nachrichten - Wissenschaft). Sebuah artikel yang sangat menarik dan pantas menjadi bahan diskusi akademis. Selamat menikmati.