Kemarin penjajahan Belanda. Hari ini?
Bangsa kita merdeka dari penjajahan Belanda. Kita semua tahu itu. Dan itu terjadi lebih 60 tahun yang lalu. Setelah 60 tahun apakah kita masih tetap merdeka? Atau terperangkap dari penjajahan belanda-belanda lainnya? Sungguh menggelitik menanyakan hal ini.
Kemarin di TV ada satu acara "Apa artinya merdeka bagi Anda". Salah seorang menjawab, "Bagi gua merdeka berarti bebas dari terror bom". Benar juga pikirku. Tetapi kapan sih rakyat Indonesia kebanyakan berada dalam ancaman bom? Berapa kali setahun kita terancam bom?
Kalau rakyat kebanyakan setiap hari mereka terancam oleh pungutan liar di jalan-jalan; oleh permintaan sumbangan yang menggedor di pintu; oleh tagihan uang keamanan yang tak pernah telat; oleh sulitnya pengurusan surat pindah, KTP, dan SIM; oleh beban tak kasat mata pungutan pajak berlapis-lapis; singkatnya oleh ancaman preman, baik yang berbaju lusuh maupun yang berkerah putih; oleh "paksaan" sukarela mengikuti les-les tambahan bagi anak-anak mereka yang kian beragam; oleh "paksaan" sukarela beli seragam anak, alat tulis, buku ini dan itu "harus" dari penyedia jasa tertentu; oleh ilusi "sekolah gratis" yang dipropagandakan pemerintah yang bertolak belakang dengan kenyataan biaya sekolah yang semakin mahal; oleh ancaman kendaraan umum yang reot-reot sehingga membahayakan keselamatan; oleh ancaman luapan banjir yang menggenangi rumah-rumah karena parit yang sempit, rusak dan terjejali sampah; oleh ancaman "putus lampu" karena PLN yang suka mati; oleh ancaman "tak bisa mencuci" karena air PAM macet lagi; oleh ancaman barang-barang tiruan di toko, yang dijual dengan harga barang asli; oleh ancaman ini dan itu. Rasanya litani ini bisa diteruskan lebih panjang lagi.
Jadi benarkah kita sudah merdeka? Bila dulu penjajah itu adalah Belanda, bagaimana kalau "penjajah" itu sekarang lapisan tertentu dalam masyarakat? Masih legitimkah mereka berkuasa entah di jajaran mana pun itu? Entahlah.
 |
| Pada perayaan kemerdekaan para petugas kebersihan sungai di Kota Sibolga tetap bertugas. Foto diambil pada tgl 17.08.09 jam 07:49 |
Kalau rakyat kebanyakan setiap hari mereka terancam oleh pungutan liar di jalan-jalan; oleh permintaan sumbangan yang menggedor di pintu; oleh tagihan uang keamanan yang tak pernah telat; oleh sulitnya pengurusan surat pindah, KTP, dan SIM; oleh beban tak kasat mata pungutan pajak berlapis-lapis; singkatnya oleh ancaman preman, baik yang berbaju lusuh maupun yang berkerah putih; oleh "paksaan" sukarela mengikuti les-les tambahan bagi anak-anak mereka yang kian beragam; oleh "paksaan" sukarela beli seragam anak, alat tulis, buku ini dan itu "harus" dari penyedia jasa tertentu; oleh ilusi "sekolah gratis" yang dipropagandakan pemerintah yang bertolak belakang dengan kenyataan biaya sekolah yang semakin mahal; oleh ancaman kendaraan umum yang reot-reot sehingga membahayakan keselamatan; oleh ancaman luapan banjir yang menggenangi rumah-rumah karena parit yang sempit, rusak dan terjejali sampah; oleh ancaman "putus lampu" karena PLN yang suka mati; oleh ancaman "tak bisa mencuci" karena air PAM macet lagi; oleh ancaman barang-barang tiruan di toko, yang dijual dengan harga barang asli; oleh ancaman ini dan itu. Rasanya litani ini bisa diteruskan lebih panjang lagi.
Jadi benarkah kita sudah merdeka? Bila dulu penjajah itu adalah Belanda, bagaimana kalau "penjajah" itu sekarang lapisan tertentu dalam masyarakat? Masih legitimkah mereka berkuasa entah di jajaran mana pun itu? Entahlah.