Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2008

Apakah arti sebuah rumah?

Gambar
Hari Sabtu tgl 18.10.08 adalah hari perpindahan besar-besaran di kantor Caritas Sibolga . Hari itu adalah hari terakhir pemindahan barang-barang termasuk pemindahan server dan akses internet.

Hak untuk sakit

Gambar
Sick bird (Photo by HeteroSapiens licensed under CC BY 1.0 ) Ya. Apakah hak untuk sakit itu ada? Dan kalau ada, dalam konteks mana? Pikiran ini terlintas di kepala setelah mengalami demam kuat selepas rangkaian learning review di Medan dan Jakarta (6-9 okt) dan rapat SOA (10.10.08). Dalam learning review ini keluarga Caritas di Indonesia, baik nasional maupun internasional, mengadakan kilas balik 3 tahun tanggap darurat tsunami dan gempa bumi Nias Mar 2005. Tiga tahun yang lewat ini adalah tiga tahun kerja keras. Saya sendiri bekerja hampir 11 jam sehari dan 7 hari seminggu. Bila dipandang ke belakang, pekerjaan menyelenggarakan 32 proyek dan membangun diri sekaligus mengembangkan program sungguh luar biasa. Caritas Sibolga , yang dibentuk dalam masa tanggap darurat, harus memanggul tanggungjawab yang seyogyanya diemban oleh sebuah NGO dengan pengalaman beberapa tahun. Selain itu lemahnya tim manajemen Caritas Sibolga , yang hanya bertumpu di bahu satu orang, juga telah

Apakah calon penerima sungguh membutuhkan rumah?

Gambar
Salah satu rumah proyek Moro'ö. Caritas Sibolga telah membangun banyak rumah untuk korban tsunami dan gempa bumi di berbagai tempat di Pulau Nias (Foto: Arsip Pribadi) Hari Minggu yang lalu (28.09.08) proyek Moro'ö housing mengadakan evaluasi (mid-term evaluation) . Pada saat ini kemajuan proyek masih ketinggalan 2 bulan dari jadwal. Masalah dan tantangan yang dihadapi terutama berhubung dengan kurangnya tenaga teknis lapangan (yang ada sekarang sakit semua), kesehatan, dan penerima rumah yang tidak cukup punya motivasi untuk aktif dalam pembangunan rumahnya. Pada akhir rapat saya mengajukan pertanyaan provokatif, apakah benar penerima rumah butuh rumah. Mengapa mereka tidak begitu terlibat untuk memperlancar proses pembangunan? Jangan-jangan kitalah yang merasakan bahwa rumah adalah kebutuhan mereka padahal mereka tidak. P. Kosman dan P. Matthias menolak dengan keras anggapan ini. Mereka yakin rumah adalah kebutuhan calon pemilik rumah. Juga A. Estor berjuang