Merintih bersama kota Padang

Tak pernah terbayangkan, bila suatu saat gempa yang akan membawa aku ke Padang. Hujan deras menyambut kedatanganku di Banda Minangkabau tgl 20 Oktober malam lalu. Ya mulai malam itu tugas baruku sebagai manajer program tanggap darurat bersama keluarga Caritas mulai. Aku harus memastikan bahwa target untuk membantu sebanyak 25.460 keluarga ditambah 4.000 orang penerima manfaat tercapai.

Malam itu hujan deras mendera bumi, tetapi juga mendera banyak orang yang tinggal sementara di tenda dan penampungan darurat. Hujan tsb. juga mendera banyak pasien rawat inap RS Yos Sudarso Padang, yang terpaksa dirawat di bawah tenda-tenda darurat. Tuhan, semoga Engkau menampakkan belaskasih-Mu!


Distribusi bantuan di Pariaman pada tgl 20 Oktober 2009

Dengan bekal pengalaman hampir empat tahun ikut menyelenggarakan proses rehabilitasi dan rekonstruksi Nias (2005-2009), aku memulai tugas baruku. Sehari-hari aku berada di Posko GOR Prayoga, Padang, dan dari sini mengendalikan distribusi besar-besaran keluarga Caritas. Tujuan utama adalah daerah Bungus, Padang Pariaman dan Pasaman.

Kendati kota Padang sendiri tidak luluhlantah, tapi banyak gedung bersejarah runtuh atau rusak berat. Kota Padang harus menangisi rusaknya bangunan-bangunan kuno di daerah Pondok, "China Town"nya kota Padang dengan arsitektur kunonya yang layak menjadi obyek wisata. Sumatera Barat harus menangisi sekian banyak sekolah Katolik di kota Padang, yang telah menjadi tempat menggembleng putra-putri terbaiknya, tetapi kini telah runtuh. Kota Padang harus merintih karena rusaknya bangunan-bangunan cagar budaya, di antaranya gedung Keuskupan Padang dan Katedral Padang, yang rusak berat.

Sambil merintih, bantuan darurat harus terus diorganisir. Aku akan tinggal di sini bersamamu Sumatera Barat. Sampai akhir Desember! Orang-orangmu yang telah menjadi korban, memang tak akan bangkit lagi. Gedung-gedung bersejarahmu yang telah hancur, memang tidak akan pulih utuh kembali.

Tetapi sejauh bisa aku meneruskan usaha menawarkan kepadamu sepotong tikar, sehelai selimut, sepotong sarung, satu terpal atau tenda. Sebisaku akan kumobilisir orang-orangku membawamu sebuah ember, jiregen, atau pun sabun. Orang-orangku akan berusaha menjangkaumu yang tinggal di pelosok-pelosok Pariaman dan Pasaman dan menawarkan gergaji, sekop, gerobak, paku atau martil. Item-item yang tak berarti, namun pasti berguna untuk membersihkan puing-puing rumahmu yang telah roboh. Hati kami turut perih melihat nasib yang telah merenggutmu. Yang bisa kami lakukan hanyalah hal-hal kecil yang tak berarti. Tapi kuharap dengan demikian rintihanmu menjadi rintihan kami.