iPhone 3GS? Bahkan lebih baik dari itu

Bagi mereka yang berdiri di luar arus utama komersialisasi dunia kita, sangat mengagumkan apa yang bisa dibuat oleh komunitas software bebas. Saya baru saja mengalami hal itu ketika mencoba hasil karya komunitas seputar Android, yang menyulap handphone Nexus One menjadi seperti iPhone. Bukan hanya mirip dengan iPhone, bahkan jauh lebih baik dari iPhone dalam beberapa hal. Mengapa?

Sebelum saya lanjutkan, saya perlu perjelas dulu. Saya bukannya tidak menyukai iPhone. Saya sendiri adalah pemilik iPhone 3GS sejak dikeluarkan. Namun sekarang iPhone 3GS saya telah mengalami nasib serupa dengan Nokia E72: sering ditinggal di rumah. Menjadi l.k. sekedar pemutar musik MP3 alias iPod! Google Nexus One kini menemaniku ke mana-mana dengan sistem androidnya. Mengapa? Karena Nexus One saya kini lebih baik daripada iPhone. Beberapa screenshots bisa Anda lihat dalam tulisan ini.

Pertama: Anda pasti pernah frustrasi menempatkan widget di halaman depan layar iPhone. Tidak mungkin bukan? Nah dengan memakai android hal itu bisa dibuat hanya dengan menekan jari di layar handphone dan pilih widget yang diingini mis. jam, cuaca, suhu udara, berita koran, agenda dari kalender, update facebook dlsb.

Kedua: Anda pasti sudah bosan dengan berbagai icon di halaman depan dan ingin membuatnya lebih rapi. Namun hal itu tidak mungkin bukan? Nah di Android tentu saja bisa. Rapikan halaman depan, lalu atur halaman berikutnya sesuai dengan keinginan. Segampang menyentuh layar handphone.

Ketiga: Anda pernah frustrasi dengan tampilan website di browser safari yang terlalu kecil? Coba browser built-in android, selain tampilannya menawan, hurufnya pas untuk mata.

Keempat: Anda pasti pernah frustrasi memindahkan satu gambar atau satu file musik ke iPhone, karena harus mencari PC dan menjalankan iTunes bukan? Dengan handphone Android Anda cukup mencolokkannya dengan PC entah sistem operasi apa pun dan mengkopi file yang diingini ke folder yang dituju. Selesai!

Kelima: Anda pasti sudah bosan dengan tampilan halaman muka iPhone yang sama dengan iPod dan iPad. Selalu icon yang sama. Dunia yang membosankan, bukan? Steve Jobs hanya membolehkan Anda mengubah wallpaper, itu pun gambarnya harus di-copy dengan iTunes. Kalau tidak Anda tidak akan "melihat" gambar yang dicari di halaman konfigurasi. Nah dengan Android, Anda bisa mengubah tampilan sesuai dengan keinginan Anda. Bahkan kalau mau ngoprek sedikit: Anda bisa menyulap Nexus One Anda menjadi seperti HTC Desire (dengan ROM dari EvilNXSense) atau seperti iPhone (dengan ROM dari MIUI) atau sesuatu yang lain yang lebih canggih lagi dengan ROM dari CyanogenMod dengan segala berbagai kemungkinan konfigurasinya. Setelah bosan melihat tampilan iPhone di Nexus One, saya kembali ke CyanogenMod lagi sekarang.

Keenam: Mugkin juga Anda pernah frustrasi menginstallasi program yang Anda temukan dan Anda sukai di di tempat lain. Tidak mungkin, bukan? Steve Jobs hanya mengizinkan Anda mengakses AppStore yang menurut dia layak untuk Anda. Ibaratnya Anda membeli periuk, dan produsen periuk itu membatasi apa yang Anda bisa masak di dalamnya. Aneh, bukan? Tentu tidak, kalau Anda sudah terbiasa dengan produk Apple, yang mendikte apa yang boleh Anda akses dengan iPhone Anda. Di Androi Anda tidak punya frustrasi semacam itu. Anda bisa menginstalasi program apa pun, entah itu program yang Anda temui dalam Android Market atau program yang Anda dapatkan dari sumber lain.


Tetapi ada sesuatu yang lebih bernilai lagi daripada hanya soal kemudahan memakai handphone ini: komunitas. Di lingkungan open-source software terdapat komunitas para pengembang, yang menyumbangkan tenaga dengan memprogramkan sesuatu tanpa mengharapkan uang. Prinsipnya adalah "berbagi", setiap orang menyumbang sebagian pengetahuannya demi mencapai kebaikan komunitas.

Salah satunya adalah komunitas android dan berbagai komunitas Linux. Ini adalah sebuah dunia, yang melampaui dunia komersial yang sekedar mencari untung. Di sini kita bertemu manusia, satu komunitas, yang saling menolong, saling berbagi, menyumbangkan pengetahuan dan waktu berharga demi mencapai dunia yang lebih baik dan lebih manusiawi, khususnya di bidang software.

Contoh terkenal adalah paket LibreOffice (dulu OpenOffice), yang dalam berbagai hal setara dengan MS Office. Paket software ini diprogramkan oleh komunitas dan dilepas bebas kepada komunitas pula.

Demikian dengan berbagai distribusi Linux dan android. Bos Apple, Steve Jobs, sampai-sampai bingung melihat berbagai kegiatan di Android dan menyebutnya "fragmentasi". Dia berasal dari satu dunia yang mendikte segala sesuatu, karena itu dia hanya menginginkan uniformitas.

Tetapi dunia jauh lebih luas. Ada banyak komunitas yang memiliki interese berbeda-beda dan karena itu mengembangkan diri secara berbeda-beda pula. Bagi seorang Steve Jobs ini adalah fragmentasi. Tetapi coba bayangkan satu dunia tanpa fragmentasi. Itu adalah dunia kediktatoran, di mana satu partai dan satu elite pimpinan mendikte segala sesuatu apa yang bisa dan seharusnya dibuat oleh warga. Dunia yang miskin, bukan?

Syukurlah di dunia luar sana, masih banyak orang yang bercita-cita dan berjuang menjadikan dunia kita lebih manusiawi, yang melepaskan diri dari nafsu profit, dan melihat nilai kehidupan dalam "berbagi". Betapa dunia kita lebih indah karena mereka. Karena dunia tidak hanya ditentukan oleh profit alias uang. Syukurlah.