Rahasia air sumur dan pertemuan Yesus dengan seorang perempuan Samaria

Photo by Kaz licensed under CC BY 1.0


Sekiranya engkau tahu, siapa dia yang berkata kepadamu: beri aku minum, niscaya engkau telah minta kepadanya, dan dia telah memberi engkau air kehidupan (Joh 4,10).

Kita tahu, bahwa umat Kristen perdana, artinya generasi umat Kristen pada zaman dan setelah para rasul, terutama yang mereka yang tinggal di Roma, sering mensemayamkan orang meninggal di ruang-ruang bawah tanah, yang disebut katakombe.

Di dalam salah satu katakombe tsb. terdapat satu gambar di dinding, yang pada pandangan pertama tidak pas dengan tempat semacam itu. Di situ digambarkan apa yang baru kita dengar dalam Injil hari ini: seorang wanita Samaria dan Yesus di sebuah sumur.

Wajarlah bila orang bertanya, mengapa gambar semacam itu justru dibuat di sebuah lorong bawah tanah, yang merupakan daerah kematian? Adakah hubungan antara apa yang dibicarakan Yesus dengan wanita Samaria itu dengan kematian dan hidup setelah kematian?

Barangkali baiklah bila kita menghidupkan gambaran apa yang terjadi di sekitar sumur itu.
Hari itu suatu siang, yang panas dan membuat orang haus. Yesus yang sedang dalam perjalanan dari Yerusalem ke Galilea, tiba di desa Sychar, di daerah Samaria. Di situ ada sebuah sumur, yang sampai hari ini masih ada di tempat itu.

Menurut tradisi, sumur itu telah digali oleh Yakob, dan sejak itu dipergunakan turun-temurun. Tentu saja Yesus yang haus itu ingin minum air. Dan karena kebetulan di situ ada wanita, Yesus menyapanya: Tolong beri aku minum.

Mereka yang kenal dengan budaya daerah Palestina kala itu, tahu bahwa di sini Yesus melanggar adat. Pertama karena dia menyapa seorang wanita secara terbuka, dan kedua karena dia orang Yahudi berani berbicara dengan seorang dari Samaria.

Namun Yesus tidak memperdulikan hal-hal ini. Sebaliknya ia mengalihkan pembicaraan ke hal yang lebih mendalam.

Ia berkata kepada wanita itu: Sekiranya engkau tahu karunia Allah, siapa dia yang berkata kepadamu: beri aku minum, niscaya engkau telah minta kepadanya, dan dia telah memberi engkau air kehidupan.

Wanita ini, yang nampaknya masih polos, malah berkata: Apakah engkau lebih besar dari leluhur kami Yakob, yang telah menggali sumur ini? Apakah engkau memiliki air yang lebih baik?
Tetapi seperti biasa dalam kisah Injil, Yesus tidak pernah menjawab langsung pertanyaan orang, melainkan membiarkannya terjawab lama kelamaan.

Air yang sedang ditampung wanita itu hanya dapat memuaskan dahaga sekejap. Mereka yang meminumnya akan haus kembali! Tetapi siapa yang minum air dari Yesus, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Kendati belum mengerti benar apa maksudnya, wanita polos ini berkata: Tuhan berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus lagi!

Penginjil Yohanes suka memakai gambar-gambar bermakna ganda dalam Injilnya, seperti dalam hal air dalam kisah ini. Wanita itu mengerti air alamiah, yang memancar dari sumber air. Tetapi Yesus memaksudkan sesuatu yang lebih rohaniah, ia berbicara tentang air, yang memberi kekuatan dalam hidup, yang bisa membuat manusia mencapai hidup kekal.

Bila Yesus berkata: Barangsiapa minum air yang kuberikan, dia tidak akan haus lagi, maka yang ia maksudkan ialah: barangsiapa percaya kepadaku, kerinduannya akan Allah akan terpenuhi. Barangsiapa melihat aku, dia melihat Bapa, demikian kata Yesus kepada rasul Philipus suatu kali.
Jadi adakah hubungannya antara pembicaraan Yesus dengan wanita di seputar sumur itu dengan kematian, dengan lorong bawah tanah tempat menyemayamkan orang mati?

Jawaban umat Kristen perdana jelas: Bicara tentang air kehidupan tidak bisa dilepaskan dari penguburan kristiani. Kristus yang berdiri di samping sumur Yakob itu, yang mewahyukan dirinya sebagai air kehidupan, adalah figur harapan, tokoh yang mengalahkan kematian. Dan ia tidak bermuluk-muluk. Ia berdiri di samping sumur yang dasarnya dalam dan gelap, simbol kedalaman, simbol kegelapan, simbol kematian. Tetapi dari kedalaman inilah memancar air, air kehidupan.

Dalam arti ini Injil hari ini merupakan Injil harapan: Siapa yang menimba air dari kedalaman sumur kehidupan, dia menimba air kehidupan, ya menimba sumber kehidupan sendiri, yakni Kristus.
Dan Barangsiapa minum air kehidupan, maka dalam dirinya memancar sumber kehidupan, yang memberi dia harapan, yang memungkinkan dia bertahan sampai ke hidup kekal.

Betapa dalam makna Injil hari ini dan betapa kaya akan simbol-simbol yang semestinya kita cermati. Liturgi hari ini kaya akan makna, tetapi barangsiapa memberanikan diri menimba ke dalamnya, niscaya dia akan menimba kehidupan sendiri.

Para leluhur dan pendahulu kita dalam iman telah menimba dari sumur kehidupan dan telah diselamatkan. Gereja mengajak kita mengikuti jejak mereka, dan terutama selama masa Prapaska ini lebih mengarahkan pandangan kepada mereka, dan belajar dari mereka.

Sekiranya engkau tahu, siapa dia yang berkata kepadamu: beri aku minum, niscaya engkau telah minta kepadanya, dan dia telah memberi engkau air kehidupan (Joh 4,10).


Catatan: Renungan ini ditulis berdasarkan bacaan liturgis pada hari Minggu Prapaska III Tahun A: Kel 17,3-7; Rm 5,1-2.5-6; Yoh 4,5-42