Jaminan kebersinambungan?

Tsunami learning review di antara partner Trocaire dan hari refleksi tentang kesuksesan, kekuatan, kelemahan dan tantangan di organisasi masing-masing telah berakhir. Learning review berlangsung pada hari pertama tgl 11 Nov difasilitasi oleh Cormac Davey, konsultan Trocaire yang pernah bekerja untuk Trocaire selama 3 tahun di Sri Lanka. Caritas Sibolga diwakili oleh Fr. Raymond Laia, sebagai program manager dan wakil direktur Caritas Sibolga.

Learning review berlangsung santai dan untuk saya sebagai satu-satunya peserta dari luar Aceh kurang mendalam. teman-teman dari Aceh nampaknya lebih suka santai dan ada rasa enggan untuk mengolah bahan lebih serius. Tapi ini hanya kesan dari luar. Bisa jadi memang ini gaya belajar kreatif yang belum biasa bagi saya. Saya ikut-ikutan saja.

Pada hari kedua (12/11) refleksi berpusat pada program tahun 2008. Selain sebagian peserta dari hari sebelumnya (Caritas Keuskupan Sibolga, EOA=Environment Organisation Asia, dan IDEP), kali ini hadir juga perwakilan organisasi seperti LPTP Solo, Caritas Czech, dan MCC. Dalam kerja kelompok didiskusikan kesuksesan, kekuatan, kelemahan dan tantangan di organisasi masing-masing dan dituangkan dalam bentuk satu kisah bergambar.

Untuk Caritas Sibolga refleksi terbatas pada proyek yang didanai Trocaire, yakni proyek pembangunan rumah dan air bersih di Desa Hilimbaruzö, Kec. Gomo, Kab. Nias Selatan. Kisah bergambar yang ditampilkan adalah tentang pemuda yang berusaha mengadakan lompat batu gaya Nias. Pada tahun pertama dia berusaha melompat tanpa satu kaki dan kepala. Pantaslah dia terjatuh dan babak belur. Betapa tidak, kala itu Caritas Sibolga yang tanpa bekal apa pun dalam manajemen proyek, tiba-tiba harus mengelola proyek mega Hilimbaruzö yang berbiaya 2 juta dollar AS. Tak heran tahun pertama dan kedua proyek ini tersendat-sendat, sangkut pada pembangunan jalan sepanjang 8,7 km, yang merupakan komponen pertama proyek ini.

Pada tahun kedua sang pemuda sudah punya kepala dan kaki lengkap tetapi masih juga gagal melompat karena ketiadaan batu pijakan. Yah pada tahun itu Caritas Sibolga "terpaksa" mengemis dukungan tenaga teknis dari CRS.

Kombinasi dukungan teknis dan ketersediaan tenaga lokal manajer proyek dan asisten manajer, membuat Caritas Sibolga melompati "Hombo Batu". Bahkan pada paruh kedua tahun ini proyek mengalami percepatan luarbiasa yang mencengangkan semua orang.
Dua solusi dasar menjamin kesuksesan proyek ini: pertama menemukan tenaga lokal yang berkualitas yang bekerja lebih efektif daripada tenaga profesional dari luar, dan kedua strategi komunikasi yang tepat yang dikembangkan Caritas Sibolga sejak Sep 2007. Staf harus tahu alur proyek dan mereka harus mampu mengkomunikasikannya ke masyarakat. Untuk itu Caritas mempekerjakan fasilitator dusun dan desa, yang berasal dari dusun dan desa bersangkutan. Banyak masalah salah komunikasi anatara proyek dan masyarakat bisa diselesaikan karena solusi ini. Karena itu pula dukungan masyarakat memegang peranan penting dalam percepatan proyek ini.

Tetapi mari kembali ke judul tulisan ini tenatang jaminan kebersinambungan. Pada sesi terahir didiskusikan hubungan partner dan Trocaire di masa depan. Nampak jelas dalam bahasa mimik dan ekspresi verbal betapa beberapa partner sangat kawatir, kalau Trocaire tidak lagi mendukung dengan dana di masa depan. Karena itu pertanyaan tentang sustainability jadi terasa sangat eksistensial. Tanpa dana tak mungkin ada program. Dalam hal ini Caritas Sibolga tidak terkecuali.

Hanya saja pertanyaan kritis saya pribadi: Apakah sustainability hanya berarti kebersinambungan dana? Dalam konsep saya, pertanyaan tentang sustainability lebih menyangkut kapasitas organisasi. Sustainability satu organisasi barulah terjamin bila organisasi tsb. memiliki visi dan misi yang jelas, rencana strategis yang context oriented, sumber daya manusia yang memadai, dan running system yang apik. Tanpa itu berbicara mengenai sustainability dan dana terasa kosong. Seruan untuk jaminan sustainability jadi terkesan hanya mau uangnya saja.

Jadi adakah jaminan bagi kebersinambungan program di masa depan? Menurut saya jawabannya hanya ada pada organisasi masing-masing. Siapa yang memiliki unsur-unsur di atas dia boleh mengklaim sustainability organisasi dan program. Dan pada gilirannya donor maunya hadir mendampingi. Guarantee for sustainability is in our own hand.